A. Judul Program
Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai Pengganti Agregat pada Hot Mix Asphalt Concrete dengan Kualitas Mutu Tinggi.
B. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di bidang teknik sipil maju dengan pesat seiring dengan perkembangan tuntutan kebutuhan hidup seseorang sesuai dengan status sosialnya, maka transportasi merupakan suatu aktivitas yang harus dan selalu dilakukan baik untuk bekerja, kesekolah, rekreasi dan sebagainya. Hal ini harus diimbangi oleh prasarana ( jalan ) yang memadai. Oleh karena itu dalam merencanakan suatu jalan harus memenuhi kriteria awet, kuat, aman, nyaman, murah.(Wahyu H.M, ST, 2009)
Dengan kebutuhan dan status sosial yang terus meningkat tersebut harus diimbangi dengan peningkatan jaringan transportasi. Jaringan jalan merupakan aspek penting dalam kaitannnya jaringan transportasi tersebut. Maka jaringan jalan haruslah memadai baik dalam segi kualitas, kuantitas maupun aksesibilitas.
Jalan beraspal di Indonesia yang memerlukan pemeliharaan atau rehabilitasi semakin bertambah, untuk mengatasi kerusakan yang berupa keausan, retak, bleeding, gelombang, serta kerusakan lainya secara konvensional dengan memberi suatu lapisan baru diatas pekerjaan lama (overlay). Namun untuk cara overlay diperlukan bahan agregat dan aspal yang tidak sedikit, mengingat makin langkanya perolehan agregat dan kecenderungan naiknya harga aspal dipasaran sesuai dengan naiknya harga minyak bumi yang diperkirakan akan berlanjut karena semakin berkurangnya kandungan minyak di dalam bumi.
Gb.B.1 Perkerasan jalan mengalami kerusakan akibat overlay
Pelapisan beton aspal yang dilakukan secara terus menerus akan membentuk ketebalan jalan yang tinggi, sehingga dapat menggangu drainase dan ketinggian bahu jalan.Kondisi yang semacam ini mendorong manusia berpikir untuk mendaur ulang Hot mix asphalt (HMA) agar mempunyai nilai tambah dari segi mutu, bernilai ekonomis serta berwawasan lingkungan.
C. Perumusan Masalah
RAP adalah bahan bongkaran perkerasan jalan lama yang sudah rusak, biasanya digunakan sebagai bahan urugan atau bahkan sering menjadi limbah. Karena desakan krisis minyak dan isu lingkungan untuk mereduksi limbah, material RAP kemudian mulai dimanfaatkan secara progresif dengan cara diolah kembali dengan diberi bahan peremaja untuk dijadikan bahan perkerasan baru. Pada mulanya RAP diolah secara panas (hot-mix), namun dengan berkembangnya teknologi dan desakan hemat energi, pengolahan kemudian dilakukan secara dingin (cold-mix). (Sunarjono, 2009)
Metode daur ulang di bedakan mejadi empat. Hot recycling, cold recycling, in-situ recycling dan in-plant recycling. Hot recycling (yang di gunakan pada penelitian ini) adalah penggabungan Reclaimed asphalt pavement (RAP) dengan aspal baru dan atau agregat baru untuk memproduksi HMA. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan, penempatan, dan pemadatannya sama dengan proses pembuatan HMA baru.
Dengan Metode daur ulang dengan penggabungan Reclaimed asphalt pavement (RAP) dengan aspal baru dan atau agregat baru untuk memproduksi HMA diharapkan mengatasi berbagai masalah dari aspek nilai biaya, material, metode, kualitas dan kuantitas konstruksi jalan dalam lingkup kajian transportasi di Indonesia.
D. Tujuan Program
Tujuan utama penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan Kadar Aspal Optimum dan % kandungan RAP yang baik dalam campuran aspal beton
2. Mengetahui manfaat penggunaan RAP sebagai bahan lapis perkerasan
3. Seberapa besar keefektifan pengunaan RAP yang berpengaruh pada sumber daya alam dalam segi material pengganti agregat dalam Hot mix asphalt (HMA).
E. Luaran Yang Diharapkan
Adapun manfaat / luaran yang akan diharapkan dari penelitian dan kegiatan ini adalah Metode daur ulang dengan penggabungan Reclaimed asphalt pavement (RAP) dengan aspal baru dan atau agregat baru untuk memproduksi HMA diharapkan mengatasi berbagai masalah dari aspek nilai biaya, material, metode, kualitas dan kuantitas konstruksi jalan dalam lingkup kajian material jalan raya di Indonesia.
Dari segi lingkungan Reclaimed asphalt pavement (RAP) dapat menghemat kebutuhan material agregat khususnya di alam yang terbatas jumlahnya, serta diharapkan penelitian ini menghasilkan produk perkerasan aspal jalan yang mempunyai kualitas tinggi.
F. Kegunaan Program
Adapun manfaat yang diharapkan dari program penelitian ini adalah :
- Dapat diketahui gambaran permasalahan tentang sumber daya alam khususnya agregat di indonesia, khususnya mengenai ketersediaan agregat baik dalam segi kualitas maupun kuantitas.
- Diperoleh Metode Reclaimed asphalt pavement (RAP) yang sesuai dengan efisiensi penggunaan perkerasan aspal beton dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) Perkerasan jalan.
- Dapat digunakan Dinas yang terkait sesuai dengan bidang ilmu untuk bekerja sama membudayakan pola pikir pelestarian kemampuan lingkungan dalam hal perkerasan jalan dengan Metode Reclaimed asphalt pavement (RAP)
G. Tinjauan Pustaka
1. Aspal
Salah satu keuntungan dari material aspal adalah dapat di daur ulang (recycling). Aspal dapat dilunakkan kembali dan digunakan beberapa kali dengan metode dasar apapun yang digunakan dalam pelaksanaan. meskipun Reclaimed Asphalt Concrete (RAP) aspal merupakan sisa dari lapis permukaan jalan yang sudah tidak terpakai, cara mendapatkannya adalah dengan cara mengeruk lapis perkerasan jalan yang lama dengan menggunakan alat penggaruk aspal yang dinamakan alat milling. (Balitbang, 2006)
Lapis Aspal Beton ( LASTON ) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (Well Graded), dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara panas dalam suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan butiran pengisi (filler), sedangkan aspal yang dipakai biasanya dari jenis AC 60/70 dan AC 80/100 yang seragam.
Pembuatan Lapis Aspal Beton (LASTON) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada perkerasan jalan yang mampu memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi dibawahnya (Bina Marga, 1987).
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar dari metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk (Silvia Sukirman, 1992).
Aspal Beton campuran panas (hot mix) merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan letur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat. Untuk mengeringkan Agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk pencampurannya, maka kedua material tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan panas maka sering disebut Hot Mix. Pekerjaan pencampuran dilakukan dipabrik pencampur, kemudian dibawa ke lokasi dan dihampar dengan mempergunakan alat penghampar sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat dan akhirnya diperoleh lapisan padat Aspal Beton (Silvia Sukirman, 1992).
Pemeliharaan jalan didefinisikan sebagai fungsi pelayanan, perbaikan dan pemulihan jalan dan menjaga jalan dalam kondisi yang aman, nyaman, dan ekonomis selama pelayanannya. Tidak termasuk dalam pemeliharaan adalah aktivitas pembangunan kembali (rekonstruksi) dan rehabilitasi yang lebih besar (major rehabilitation). Meskipun dilaksanakan usaha pemeliharaan yang hati-hati dan mantab, kemampuan pelayanan (serviceability) jalan akan tetap mengalami kemunduran, sehingga ada saatnya jalan memerlukan rehabilitasi yang besar (Wright dan Pequette, 1979).
Terdapat perbedaan antara pemeliharaan (maintanance) dan rehabilitasi. (Oglesby dan Hick ,1932). Pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Preventive (pencegahan) dan Correction (perbaikan), sedangkan rehabilitasi merupakan tindakan perbaikan bersifat lebih luas terdiri dari (Wright dan Pequette,1979) :
1) Reconstruction, yaitu penggantian sistem lapis keras yang ada dengan lapis keras baru.
2) Overlay, yaitu penempatan lapis permukaan di atas sistem lapis keras yang sudah ada.
3) Recycling, yaitu pengolahan kembali bahan lapis keras yang sudah ada dan memasang kembali.
2. Bahan – bahan yang digunakan
Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Agregat
Adapun gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi Standar Nasional Indonesia (SNI ) yang disajikan pada Tabel F.1
Tabel F.1.Gradasi SNI ( Standar Nasional Indonesia )
Spesifikasi٭٭ |
Ukuran Saringan (mm) | Prosentase Lolos |
Batas Bawah (%) | Batas Atas (%) |
19,1 | 100 | 100 |
12,7 | 80 | 100 |
9,52 | 70 | 90 |
4,75 | 50 | 70 |
2,36 | 35 | 50 |
0,6 | 18 | 29 |
0,3 | 13 | 23 |
0,15 | 8 | 16 |
0,075 | 4 | 10 |
Pan | - | - |
Sumber : - Standar spesifikasi Gradasi SNI٭٭
2) Aspal
Aspal penetrasi 60 / 70 produksi PERTAMINA yang diperoleh dari Lab. Jalan Raya Fak. Teknik Sipil UNS
3) RAP (Reclaimed Aspalt Pavement) .
RAP yang digunakan merupakan hasil dari pengerukan lapis perkerasan jalan AC-WC dengan Cold Milling.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data. Data tersebut diolah untuk mendapatkan suatu hasil perbandingan dengan syarat-syarat yang ada. Penyelidikan eksperimental dapat dilaksanakan didalam ataupun diluar laboratorium. Dalam penelitian ini akan dilakukan di laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemakaian RAP terhadap karakteristik Marshall pada perkerasan asphalt concrete (AC).
H. Metode Pelaksanaan Program
Pada bagian ini ditentukan langkah-langkah untuk mendefinisikan urutan pemecahan masalah. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut:
|
Pembuatan Benda uji Reclaimed asphalt pavement (RAP) |
Gambar. H.1 Diagram Alir Metode Pelaksanaan
1. Identifikasi Masalah
Jalan beraspal di Indonesia yang memerlukan pemeliharaan atau rehabilitasi semakin bertambah, untuk mengatasi kerusakan yang berupa keausan, retak, bleeding, gelombang, serta kerusakan lainya secara konvensional dengan memberi suatu lapisan baru diatas pekerjaan lama (overlay) sehingga negara banyak mengalami kerugian serta dengan dilakukannya Overlay maka jalan otomatis mengurangi tingkat kenyamanan jalan itu sendiri.
Dengan adanya konsep Reclaimed asphalt pavement (RAP) diharapkan mengatasi semua masalah perkerasan jalan tersebut.
Untuk dapat mengidentifikasi masalah, bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Melakukan survei secara langsung ke daerah yang terjadi kerusakan jalan dengan mengidentifikasi gejala atau penyebab terjadinya kerusakan jalan.. Pengamatan secara langsung di lapangan berguna untuk melihat kondisi yang sebenarnya dari lingkungan. Pada saat observasi juga dilakukan pengamatan tentang sejauh mana peran dari Dinas terkait salah satunya Bina Marga. mengenai penyelesaian masalah jalan yang rusak.
b. Wawancara
Melakukan wawancara dengan ahli mengenai Reclaimed Asphalt Concrete (RAP), untuk mencari tahu apa saja upaya yang telah Dinas terkait lakukan untuk mencegah ataupun menaggulangi masalah kerusakan jalan.
2. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah maka langkah berikutnya melakukan perumusan masalah berkaitan dengan topik yang diambil dalam Program. Berdasarkan identifikasi masalah disimpulkan bahwa upaya yang telah Dinas terkait kurang. Oleh karena itu, penulis berusaha melakukan analisis dan observasi penggunaan Reclaimed Asphalt Concrete (RAP) untuk menghasilkan aspal mutu tinggi dengan metode daur ulang.
3. Studi Literatur
Dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang mendasar tentang permasalahan dalam perancangan sehingga hasil yang didapat akan hasil yang maksimal.
4. Pembuatan Benda Uji Reclaimed asphalt pavement (RAP)
Dalam pembuatan Benda uji Reclaimed asphalt pavement (RAP) penulis melakukan kerjasama dengan Laboratorium jalan raya jurusan teknik sipil Universitas Sebelas Maret.
5. Marshall test (Uji RAP)
Pengujian Marshall dalah pengujian terhdap benda uji campuran panas untuk menentukan kadar aspal optimum dan karakteristik campuran dengan cara mengetahui nilai flow , stabilitas, dan Marshall Quotient. Dalam pengujian ini penulis melakukan kerjasama dengan Laboratorium jalan raya jurusan teknik sipil Universitas Sebelas Maret.
6. Analisis Data
Pada tahap ini penulis menganalisis data yang telah didapat dari identifikasi masalah, perumusan masalahan, dan studi literatur. Penulis berusaha menggabungkan permasalahan yang ada untuk dicari solusi yang tepat. Penulis juga mengumpulkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk memecahkan solusi yang ada.
7.Kesimpulan
Pada tahap ini penulis Menyimpulkan sejauh mana Penggunaan Reclaimed asphalt pavement (RAP) dapat digunakan sebagai bahan pengganti agregat pada Aspal Beton Campuran Panas (Hot Mix Asphalt Concrete).
I. Jadwal Kegiatan Program
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Analisis data
Pembuatan Benda uji Reclaimed asphalt pavement (RAP)
Gambar I.1 Diagram Alir Jadwal Kegiatan Program
Tabel I.1 Jadwal Kegiatan Program
No. | Kegiatan | Bulan Ke- |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |
1 | Studi Lapangan | * |
|
|
|
|
|
2 | Studi Pustaka | * |
|
|
|
|
|
3 | Analisis Data |
| * | * |
|
|
|
4 | Pembuatan Benda uji Reclaimed asphalt pavement (RAP) |
|
|
| * | * |
|
5 | Pembuatan Laporan Akhir |
|
|
|
| * | * |
6 | Peer Discussion | * | * | * | * | * | * |
............................................keterangan artikel lebih lanjut Hubungi:
PKMP 2009 (tatang,dkk)
IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk bermanfaat dan berprestasi)