Berusaha Bersama-sama dan Melakukan Perbuatan Baik Terus-menerus
Di dalam ayat berikut, Allah menyatakan bahwa
perbuatan baik yang dilakukan terus-menerus adalah lebih baik ganjarannya di
sisi Allah.
“Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah
lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(al-Kahfi [18]: 46)
Perbuatan tersebut juga merupakan tanda keikhlasan
dan kesucian seseorang. Sebagian orang dapat melakukan perbuatan baik, tetapi
bukan karena mereka takut kepada Allah, melainkan ingin mendapatkan kehormatan
dan pujian di mata manusia. Sebagai contoh, seseorang yang mengirimkan
barang-barang dan pakaiannya untuk orang-orang yang kehilangan tempat tinggal
karena gempa bumi. Ia mungkin saja membantu tetangganya, atau bersikap baik,
sayang, dan baik budi. Ia mungkin juga ramah, lembut, dan memahami karyawannya.
Ia mungkin hormat dan penuh toleransi kepada orang yang lebih tua. Jika perlu,
ia bisa saja mengorbankan dirinya, ikut serta dalam kegiatan kemanusiaan. Semua
itu adalah perbuatan yang baik. Bagaimanapun juga, apa yang benar-benar penting
adalah keteguhan dan kesabaran yang ditunjukkan saat melakukan perbuatan
tersebut. Sepanjang hidupnya, setiap muslim yang telah menyucikan dirinya harus
membantu siapa pun yang membutuhkan, tanpa memperhatikan pendapat orang lain
tentang dirinya. Usaha-usaha yang dilakukan hanya untuk mendapatkan keridhaan
Allah ini juga dilaksanakan untuk membuktikan tingkat keikhlasan mereka.
Bagaimanapun juga, jika orang tersebut gagal membawa dirinya kepada ajaran
moral yang disebutkan di atas dan untuk bersikap dalam sikap pengabdian dan
pengorbanan diri yang sama, kesucian yang akan didapatnya saat melakukan
perbuatan lain akan mudah hilang.
Demikian pula, ada sebagian orang dalam masyarakat
jahil yang mampu melakukan perbuatan baik, bahkan meski mereka tidak percaya
kepada Allah. Akan tetapi, mereka melakukan perbuatan tersebut bukan karena
rasa takut mereka kepada Allah atau dalam harapan mereka akan hari akhirat.
Mereka bertujuan untuk mendapatkan balasan dan keuntungan dunia, besar maupun
kecil. Sebagai contoh, mereka mungkin membantu korban gempa bumi hanya untuk
membuang barang-barang mereka yang sudah tak terpakai. Begitu pula, rasa hormat
yang ditunjukkan terhadap orang yang lebih tua mungkin hanya semata-mata karena
pengaruh tradisi budaya. Demikian pula, ia mungkin saja memperlakukan
karyawannya begitu ramah hanya untuk membuat mereka lebih giat bekerja dan
menghasilkan pendapatan yang lebih. Ia mungkin memberikan bantuannya untuk
menolong organisasi kemanusiaan untuk mendapatkan kehormatan dan harga diri
dalam masyarakat. Untuk dapat memastikan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut
dilakukan karena rasa takutnya kepada Allah dan ajaran akhlaq mulia yang
diperintahkan Allah, orang tersebut harus menggunakan upaya yang sama dalam
setiap detik kehidupannya dan terus-menerus bersikap sesuai dengan prinsip
Al-Qur`an. Pentingnya berpaling kepada Allah setiap pagi dan petang,
terus-menerus setiap hari, ditekankan dalam ayat,
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharapkan keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi
[18]: 28)
Jika seseorang dengan tulus meyakini keberadaan
Allah dan hari akhir, ia tidak akan berbuat sebaliknya. Karena itu, ia tahu
pasti bahwa ia bertanggung jawab akan setiap detik kehidupannya di dunia dan ia
layak mendapatkan kehidupan yang abadi di surga-Nya hanya jika ia menjalani
kehidupan dengan mengikuti keridhaan Allah. Ia bersegera melakukan perbuatan
baik untuk mendapatkan ridha Allah dalam setiap perbuatan, perkataan, dan
sikapnya. Dengan bertanya pada diri sendiri, “Apa yang dapat saya lakukan?”,
“Bagaimana seharusnya saya bersikap agar Allah ridha dan sayang?’, “Sikap apa
yang harus saya perbaiki agar tingkah laku saya lebih baik?”, dan ia berusaha
dengan sungguh-sungguh. Demikian pula disebutkan di dalam Al-Qur`an bahwa
tingkah laku mereka yang berusaha, sebagaimana mereka seharusnya berusaha,
diberi ganjaran yang besar. Dinyatakan dalam ayat,
“Barangsiapa menghendaki kehidupan
sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami
kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka
Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik.” (al-Israa` [17]: 18-19)
Mas tatang, apa kabar. Luar biasa, blog2mu selalu berisi tulisan inspiratif. Kapan ke Solo mas? Kapan ke SIM? Inspirasimu kami tunggu. Semoga tak pernah lupa dengan SIM. Salam ilmiah!
BalasHapusmas Ardika,..saya juga suka dengan blog njenengan. InsyAlloh Sebelum lebaran mas kita reunian ya.., InsyAlloh. smg Alloh memberi kesempatan untuk berjumpa kembali. ^^ Salam Ilmiah!
HapusThe original version was named after a brother and sister whose revolutionary fervour led them into taboo-shattering passion.
BalasHapusThe pleasure of obsession should not excite desire, and it starts
with YOU, now. Take the time to find out what's really going on. She had read every book she could on win him back.
My web site ... how to get back an ex boyfriend fast