Tentang Aku

ketika kita ingin memilih nilai 100 atau 70? maka kebanyakan orang berebut memilih nilai 100. namun kalau di kasih tau susahnya perjuangan mencapai 100, maka orang akan memilih dan puas cukup 70. hanya sedikit yang memilih 100 dengan konsekuensinya perjuangan beserta kesungguhan azzam (tekad) yang sempurna.

Perkenalkan..,Saya :

Foto saya
Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia
Kusampaikan bahwa rasa menggelora akan menjadikan diri kuat tanpa ada lelah bahkan raut wajah pucatpun tidak ada, kecuali hanya menggapai Ridho-nya. PIN BB : 7E61CA7A

Minggu, Juni 27, 2010

Material Semen

1. Pengertian Semen

 Semen adalah suatu bahan yang mempunyai sifat adhesif dan kohesif yang mampu melekatkan fragmen-fragmen mineral menjadi suatu kesatuan massa yang padat. Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland atau semen portland pozolan yang berupa semen hidrolik sebagai perekat bahan susun beton.

1.2.    Sifat – Sifat Semen

1.2.1 Susunan Kimia Semen
Semen portland dibuat dari serbuk mineral kristalin yang komposisi utamanya disebut mayor oksida, terdiri dari : kalsium atau batu kapur (CaCO3), aluminium oksida (Al2O3), pasir silikat (SiO2), dan bijih besi (FeO 2) serta senyawa-senyawa lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah semen yaitu minor oksida yang terdiri dari : MgO, SO3, K2O, NaO2.
Empat unsur yang paling penting dalam semen adalah:
1.      Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO3
Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen terutama sebelum mencapai 15 hari.
2.      Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sebelum mencapai umur 14 hari. Unsur C2S ini juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan juga mengurangi besar susutan pengeringan.
3.      Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sesudah 24 jam.
4.      Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO2
Kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton.

1.2.2 Hidrasi Semen
Hidrasi semen adalah reaksi yang terjadi antara silikat dan aluminat pada semen dengan air menjadi media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Hidrasi semen bersifat eksotermis dengan panas yang dikeluarkan kira – kira 110 kalori/gram.

Panas hidrasi didefinisikan sebagai kuantitas panas dalam dalam kalori/gram pada semen yang terhidrasi. Waktu berlangsungnya dihitung sampai proses hidrasi berlangsung sampai sempurna pada temperature tertentu. Laju hidrasi dan perubahan panas bertambah besar sejalan dengan semakin halusnya semen.

1.2.3  Kekuatan Semen dan FAS
Kekuatan semen yang dipakai sangat tergantung pada jumlah air yang dipakai waktu proses hidrasi berlangsung. Sebaiknya selalu diusahakan jumlah air yang dipakai sesedikit mungkin agar kekuatan beton tidak terlalu rendah. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi kira – kira 25% dari berat semennya. Penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan beton setelah mengeras.


1.2.4  Sifat Fisis Semen
Sifat – sifat fisis semen adalah
a         Kehalusan Butir.
Semakin halus butiran semen, semakin luas permukaannya sehingga semakin cepat pula proses hidrasinya. Hal ini berarti bahwa butir – butir semen yang halus akan menjadi kuat dan menghasilkan panas hidrasi yang lebih cepat dari pada semen dengan butir – butir yang lebih kasar. Menurut SII 0013-81 paling sedikit 90% berat semen harus lolos ayakan lubang  9 mm.
b        Waktu Ikatan
Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mencapai keadaan kaku tahap pertama dan cukup kuat untuk menerima tekanan.
c         Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah kuantitas panas dalam kalori/gram pada semen yang terhidrasi.
d        Berat Jenis.
Berat jenis semen berkisar pada 3,15. Berat jenis digunakan dalam hitungan perbandingan campuran.

1.2.5 Sifat Kimia Semen
Kesegaran Semen. Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran (loss of ignition) dilakukan pada semen untuk menentukan kehilangan berat jika semen dibakar sampai sekitar (900 – 1000)°C. Kehilangan berat ini terjadi karena adanya kelembaban dan adanya karbon dioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap. Kehilangan berat dari pembakaran ini merupakan ukuran kesegaran semen. Semakin sedikit kehilangan berat berarti semakin sedikit unsur pengisinya dan ini berarti semen semakin baik.

1.3  Jenis – Jenis Semen
Berikut jenis-jenis semen portland yang sering digunakan dalam konstruksi
Tabel 1.1 Jenis Semen Portland    
Jenis
Penggunaan
I

Konstruksi biasa dimana persyaratan yang khusus tidak diperlukan

II
Konstruksi biasa dimana diinginkan perlawanan terhadap panas hidrasi yang sedang
III
Jika kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan diinginkan
IV
Jika panas hidrasi yang rendah yang diinginkan
V
Jika daya tahan tinggi terhadap sulfat yang diinginkan
Sumber: SNI ( Chu-Kia-Wang, 1983 )

1.4 Pembuatan Semen
Semen Portland Pozolan dapat dibuat dengan dua cara. Cara pertama menggiling bersama klinker semen dan pozolan. Sedangkan cara kedua dengan mencampur sampai rata gerusan semen dan pozolan halus. Penggilingan dua material secara bersama-sama pada cara pertama lebih mudah daripada cara kedua. Pada semen portland pozolan menghasilkan panas hidrasi lebih sedikit daripada semen biasa. Sifat ketahanan terhadap kotoran dalam air lebih baik, sehingga cocok sekali jika dipakai untuk bangunan di tepi laut, bangunan pengairan dan beton massa.

Reaksi antara air dengan semen dibedakan menjadi dua periode yaitu periode pengikatan dan periode pengerasan. Periode pengikatan adalah peralihan dari kondisi plastis ke kondisi keras. Kondisi  pada periode pengikatan yaitu :
1.      Kondisi pada saat semen mulai menjadi kaku setelah semen itu diaduk dengan air. Kondisi ini disebut pengikatan awal.
2.      Kondisi yang berlangsung antara permulaan semen menjadi kaku sampai saat semen beralih ke kondisi keras dan padat, atau kondisi ini dapat diartikan disebut waktu pengikatan .
Periode pengerasan adalah penambahan kekuatan setelah pengikatan selesai. Pengerasan mula-mula berlangsung terus secara cepat, kemudian lebih lambat untuk  jangka waktu yang lama.

Mengingat hal-hal tersebut diatas maka pelaksanaan pengecoran harus dilaksanakan sebelum terjadinya pengikatan awal. Spesifikasi untuk semen mensyaratkan bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh kurang dari satu jam setelah dicampur dengan air.

IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk bermanfaat dan berprestasi)
 

Sabtu, Juni 26, 2010

Jenis dan Karakteristik Material BETON

1.1.Pengertian Beton

Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat. Kadang-kadang juga ditambah bahan tambahan yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia dengan perbandingan tertentu.

Pada proses terbentuknya beton, semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai perekat / pengikat dalam proses pengerasan. Pada proses pengerasan, pasta semen dan agregat halus ( pasir ) akan membentuk mortar yang akan menutup rongga-rongga antara agregat kasar ( kerikil atau batu pecah ) sedangkan pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen yang merupakan campuran antara semen dengan air sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat.


1.2 Jenis – Jenis Beton
Ada bermacam – macam jenis beton, yaitu :
a. Beton Ringan
    Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan kemampuan penghantaran panas yang lebih  kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.
b. Beton Massa
     Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton massa dimensinya lebih dari 60 cm.
c. Ferrosemen
     Ferrosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar semen.
d. Beton Serat (Fibre Concrete)
    Beton Serat (Fibre Concrete) adalah bagian komposit yang terdiri dari dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak – retak sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
e. Beton Non Pasir (No-Fines Concrete),
    Beton Non Pasir (No-Fines Concrete) adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton serta berkurangnya berat jebis beton.
f. Beton Siklop
    Beton Siklop adalah beton normal / beton biasa yang menggunakan ukuran agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar dapat mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 % agregat seluruhnya.
g. Beton Hampa
   Beton Hampa adalah beton yang setelah diaduk, dituang, dan dipadatkan sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus yang disebut cara vacuum. Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
h. Beton Mortar
  Beton Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Mortar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: mortar lumpur, mortar kapur, dan mortar semen.


1.3 Sifat – Sifat Beton

1.3.1 Beton Segar
Hal – hal penting yang berkaitan dengan sifat – sifat beton segar adalah
1. Kemudahan pengerjaan ( workability )
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan.
Unsur – unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar :
a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton.
b. Makin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar dikerjakan.
c. Penambahan semen kedalam campuran yang diikuti dengan bertambahnya air pada campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
d. Gradasi campuran pasir dan kerikil.
e. Pemakaian butir maksimum kerikil.
f. Pemakaian butir – butir batuan yang bulat.

2. Pemisahan kerikil.
Kecenderungan butir – butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton disebut segregation.
Kecenderungan pemisahan kerikil dapat diperbesar dengan cara:
a. Mengurang semen pada campuran adukan beton
b. Menambah jumlah air.
c. Memperbesar butir kerikil.
d. Memperkasar permukaan kerikil.

Pemisahan kerikil dari adukan beton kurang baik setelah beton mengeras Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil tersebut maka diusahakan hal – hal sebagai berikut:
a. Memberikan air secukupnya ( sesuai dengan kebutuhan )
b. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu tinggi
c. Cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti cara yang betul.

3. Pemisahan air
Kecenderungan air untuk naik ke atas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding.
Pemisahan air dapat dikurangi dengan cara – cara berikut:
a. Memberi lebih banyak semen.
b. Menggunakan air sesedikit mungkin.
c. Menggunakan pasir lebih banyak

1.3.2 Beton Keras
Sifat – sifat mekanis beton keras adalah :
A. Sifat jangka pendek atau sesaat
Sifat jangka pendek terdiri dari :
1. Kekuatan tekan.
  • Kuat tekan beton dipengaruhi oleh :
  • Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya.
  • enis semen dan kualitasnya .
  • Jenis dan lekak – lekuk bidang permukaan agregat.
  • Umur (pada keadaan normal kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya).
  • Suhu (kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu).
  • Efisiensi dan perawatan.
2. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapanbelas kuat desak beton pada waktu umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya. Kekuatan tarik biasanya tidak diperhitungkan di dalam perencanaan bangunan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak – retak akibat perubahan kadar air dan suhu.

3. Kekuatan geser
Di dalam praktek, kekuatan geser beton selalu diikuti oleh kekuatan desak dan tarik oleh lenturan bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen lentur.

A. Sifat jangka panjang
Sifat jangka panjang terdiri dari:
1. Rangkak
    Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang bekerja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi rangkak adalah:
a. Kekuatan
    Rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar
b. Perbandingan campuran
    Bila fas dan volume pasta semen berkurang maka rangkak berkurang.
c. Agregat
d. Rangkak bertambah bila agregat makin halus)
e. Perawatan
f. Umur
g. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

2. Susut
Susut adalah berkurangnya volume elemen beton karena terjadi kehilangan uap air ketika terjadi penguapan. Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah :
a. Agregat sebagai penahan susut pasta semen
b. Faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut)
c. Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila volume elemen betonnya semakin besar)
d. Kondisi lingkungan
e. Banyaknya penulangan
f. Bahan tambahan.

1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton

1.4.1 Kelebihan Beton
Kelebihan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali semen Portland.
2. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatannya rendah
3. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi dan mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan / pembusukan oleh kondisi lingkungan.
4. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
5. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan .

1.1.4.2 Kekurangan Beton
Kekurangan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah:
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan atau tulangan kasa.
2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang berdimensi besar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4. Beton tidak kedap air sehingga air yang membawa kandungan garam dapat masuk dan merusak beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail terutama pada struktur tahan gempa.

1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton

Faktor – faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah:
a. Pengaruh cuaca berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh pergantian panas dan dingin.
b. Daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-lain.
c. Daya tahan terhadap aus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain.


1.6 Zat – Zat yang Mengurangi Kekuatan Beton

Ditinjau dari aksinya, zat – zat yang berpengaruh buruk pada beton dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Zat yang mengganggu proses hidrasi semen
b. Zat yang melapisi agregat sehingga mengganggu terbentuknya lekatan yang baik antara agregat dan pasta semen
c. Butiran – butiran yang tidak tahan cuaca yang bersifat lemah dan menimbulkan reaksi kimia antara agregat dan pastanya.
Zat – zat pengganggu ini dapat berupa kandungan organik, lempung atau bahan – bahan halus lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam, shale, lempung, kayu, arang, pyrites (tanah tambang yang mengandung belerang), dan lain – lain.

1.7 Evaluasi Pekerjaan Beton

Kekuatan beton yang diproduksi di lapangan cenderung bervariasi dari adukan ke adukan. Besar variasi tergantung pada berbagai faktor antara lain:
a. Variasi mutu bahan (agregat) dari satu adukan dengan adukan berikutnya
b. Variasi cara pengadukan
c. Stabilitas pekerja

Pengawasan terhadap mutu beton yang dibuat di lapangan dilakukan dengan cara membuat diagram hasil uji kuat tekan beton dari benda – benda uji yang diambil selama pelaksanaan. Dalam buku “Perencanaan Campuran dan Pengendalian Mutu Beton” (1994) tercantum bahwa beton yang dibuat dapat dinyatakan memenuhi syarat (mutunya tercapai) jika kedua persyaratan berikut terpenuhi:
a. Nilai rata – rata dari semua pasangan hasil uji (yang masing – masing pasangan terdiri dari empat hasil uji kuat tekan) tidak kurang dari (fc’+0,82 Sc).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata – rata dari dua silinder) kurang dari 0,85fc’.


Jika salah satu dari dua persyaratan tersebut di atas tidak terpenuhi, maka untuk adukan berikutnya harus diambil langkah – langkah untuk meningkatkan kuat tekan rata – rata betonnya.

Khusus jika persyaratan kedua yang tidak terpenuhi maka selain memperbaiki adukan beton berikutnya harus pula diambil langkah – langkah untuk memastikan bahwa daya dukung struktur beton yang sudah dibuat masih tidak membahayakan terhadap beban yang akan ditahan.

Langkah – langkah itu antara lain:
a. Analisis ulang struktur berdasarkan kuat tekan beton sesungguhnya (actual)
b. Uji tidak merusak (non-destructive test), misalnya dengan Schmidt Rebound Hammer (Hamer Test), Pull-out Tet, Ultrasonic Pulse Velocity Test, atau semi destructive test, yaitu uji bor inti, dan sebagainya


IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk bermanfaat dan berprestasi)

.

Jumat, Juni 25, 2010

Manajemen Sistem Drainase Lokasi Tanah Longsor pada Kondisi Lereng yang Terjal

Longsor  adalah Bergeraknya massa tanah (dan batu) dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat adanya gangguan keseimbangan lereng. Longsor adalah merupakan fenomena alam yang terjadi karena beberapa faktor pemacu meliputi antropogen (manusia), endogen (tekanan bumi), eksogen (faktor ekternal). Umum nya longsong di picu oleh beberapa kondisi yaitu lereng yang terjal, kondisi tanah lokasi pada lokasi, kegiatan manusia pemotongan vegetasi di lereng, serta drainase yang buruk di lokasi lereng.

Dalam kesempatan ini penulis memaparkan tugas drainase yang di berikan oleh bapak dosen Ir. Sudarto MT dan penulis di beri kesempatan untuk menjadi pengambil kebijakan/alternative solusi dalam kaitannya dengan masalah drainase.

Drainase Adalah cara pengalihan aliran air secara alamiah (gravitasi) atau buatan (tenaga external) dari permukaan tanah atau bawah tanah dari suatu tempat/wilayah. suatu sistem atau cara dimana terdapat pengelolan sumber daya air yang di kelola agar sesuai dengan fungsinya yaitu demi kemanfaatan dan kepentingan manusia. Drainase berperan penting dalam kasus ini agar dapat mengelola air di lereng yang terjal.

Prinsip nya dalam pengelolan longsor ini haruslah mengacu dari aspek ; Kondisi kemiringan lereng, kondisi beban lereng yang di tanggung akibat beban dari air yang berlebih, sistem pengalihan air pada badan lereng yang longsor, kemiringan lereng dan vegetasi yang ada di Lereng. Berikut langkah-langkah dan uraian yang perlu di ambil untuk mencegah adanya longsor di lereng yang terjal dengan pendekatan system drainase:

1. Pengalihan Drainase pada lereng terjal
Di maksudkan dengan adanya pengalihan air/segala bentuk drainase yang ada di lereng dialirkan tanpa melewati badan longsor atau tubuh longsor. Hal ini analogikan bila air masuk pada badan longsoran maka air tersebut meresap dan menambah beban pada lereng tersebut, apabila air tersebut meresap sampai melewati lapisan impermeable (kedap air) maka air tersebut akan turun searah gaya grafitasi dan terus menerus mengalir kebawah akibatnya terjadilah Bidang Gelincir dan apabila air terus menerus masuk kedalam badan longsoran maka menambah beban lereng dan akan terjadilah longsoran.

a)Saluran drainase yang tanpa melewati lereng terjal
b)Saluran drainase melewati lereng terjal namum dalam prosesnya menggunakan pipa pralon, agar air dikelola tanpa melewati tubuh longsoran
c)Saluran drainase terbuka melewati lereng terjal namum dalam pengalirannya itu menggunakan media Saluran yang di Beton sehingga air tidak merembes ke bidang gelincir pada lereng terjal

1.Pengaliran permukaan :
membuat saluran air supaya tidak meresap ke dalam tanah. (gambar 9. Kanan)
2.Pengaliran bawah permukaan :
membuat saluran keluarnya air atau memompa air ke permukaan,


3.Pemberian Vegetasi pada lereng terjal (sistem pembuangan air alami)
Di maksudkan untuk membuang air yang ada pada lereng. Dalam tahapan ini yaitu pemilihan tumbuhannya yang akan di tanam tanpa menambah beban dan tanaman itu tidak menyimpan air pada lereng tersebut. Tanaman itu hendaknya yang daunnya menjarum dan mudah menguapkan air yang terkandung dalam tanah di tubuh longsoran tersebut. Tanaman tetap berprinsip menyimpan air dalam jumlah sedikit dan mengupkan sebesar-besarnya. Tanaman ini yaitu lamtorogung, pinus.


IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk bermanfaat dan berprestasi)

Tabel Prioritas Banjir

 Analisa Prioritas Banjir
 
No
(prioritas)
Penyebab banjir
Alasan Mengapa Prioritas
Penyebab oleh Alam atau aktivitas manusia
1.
Perubahan tata guna lahan
Debit puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena air yang meresap ke dalam tanah sedikit mengakibatkan aliran air permukaan (runoff) menjadi besar sehingga berakibat debit menjadi besar dan terjadi erosi yang berakibat sedimentasi.
Manusia
2.
Sampah
Sungai atau drainase tersumbat dan jika air melimpah keluar karena daya
tampung saluran berkurang.
Manusia
3.
Erosi dan Sedimentasi
Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang berakibat sedimentasi masuk ke sungai sehingga daya tampung sungai berkurang.
Manusia dan alam
4.
Kawasan kumuh disepanjang sungai/drainase
Dapat merupakan penghambat aliran, maupun daya tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
Manusia
5.
Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Sistem pengendalian banjir memang - dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang,tapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir yang besar. Misal: bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul waktu banjir melebihi banjir rencana menyebabkan keruntuhan tanggul, kecepatan air sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.
Manusia
6.
Curah Hujan
Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan termasuk bobolnya tanggul. Data curah hujan menunjukkan maksimum kenaikan debit puncak antara 2 sampai 3 kali.
Alam
7.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi dan geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan Daerah Aliran Sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar,kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai,dll.
Alam dan manusia
8.
Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang- tidak tepat.
Manusia dan alam
9.
Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Karena perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya tanaman/vegetasi serta tindakan manusia mengakibatkan pengurangan kapasitas saluran/sungai sesuai perencanaan yang dibuat.
Manusia
10.
Drainase Lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
Manusia
11.
Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (back water).
Manusia
12.
Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
Manusia dan Alam
13.
Pengaruh air pasang
Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (back water). Hanya pada daerah pantai seperti Pantura, Jakarta dan Semarang.
Alam

IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk bermanfaat dan berprestasi)

Kamis, Juni 24, 2010

”Penggunaan Discarded Building Materials untuk Rigid Pavement Menggunakan Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I, Berdasarkan Potensi Kerawanan Gempa Bumi Indonesia”

ABSTRAK


Penggunaan material dalam pembuatan konstruksi rumah, gedung, jalan yang  bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Pendayagunaan sumber daya alam yang semakin banyak dan berlebih  dari masa ke masa suatu saat nanti akan menyebabkan terjadinya berbagai macam kelangkaan, baik ekonomis material itu sendiri maupun kelangkaan jumlah,  kualitas dan berbagai kerusakan lingkungan.

Discarded building material merupakan material sampah dari bangunan. Umumnya  berupa bongkahan-bongkahan beton sisa perobohan bangunan, sisa hancurnya bangunan karena bencana alam, bongkahan kerusakan perkerasan beton di jalan (Road pavement concrete), silinder hasil test laboratorium dan lain sebagainya yang kesemuanya itu adalah material semen dan beton. Discarded building material (DBM) yang digunakan, yaitu sebagai pengganti sebagian agregat pada pembuatan beton dengan mengolah kembali Recycle materialnya yang berupa re-use agregat dan semen yang ada pada DBM tersebut sehingga menciptakan ukuran agregat dengan diameter tertentu. Pada dasarnya dengan pengunaan komposisi teknologi yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga mendapatkan hasil yang baik dengan prinsip homogenitas.

Dengan adaya discarded building material diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi jumlah penggunaan agregat alam dan juga menjaga keserasian melindungi alam dari pengaruh negative dari pembangunan dan pembongkaran.

Kata kunci : discarded building material, agregat, alternatif


Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan material alam bahan bangunan dan tidak sedikit penggunaannya dalam pembuatan konstruksi rumah, gedung, jalan yang  bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pendayagunaan sumber daya alam yang semakin banyak dan berlebih  dari masa ke masa suatu saat nanti akan menyebabkan terjadinya berbagai macam kelangkaan, baik ekonomis material itu sendiri maupun kelangkaan jumlah,  kualitas dan berbagai kerusakan lingkungan.
   
Sebagai contoh terjadinya gempa di sekitar wilayah indonesia 1 Oktober 2009, Rehab terhadap rumah yang rusak berat hingga rusak ringan di Kota Padang dan Pariaman berjumlah hampir 250.000 unit, atau sekitar 30 persen dari 700.000 unit jumlah rumah yang ada disana.(Sekwilda, Komisi VIII DPR RI dengan BNPB dan Pemda Jabar dan Sumbar). Bila di kaitkan dengan bencana yang lainnya maka dapat di perkirakan mencapai 15 juta m3 untuk material rombakan akibat Konstruksi dan Pembongkaran kembali (construction and demolition) untuk setiap tahunnya di Indonesia. Rumah dan gedung yang rusak akibat gempa bumi menumpuk hingga menjadi sampah bangunan yang terbuang sia-sia. Peningkatan kebutuhan material ini tergantung dari pasokan alam dan kebutuhan akan pembangunan yang di rencanakan juga adanya bencana sewaktu-waktu.

Di Pulau Jawa, gempa besar terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada pagi hari tanggal 27 mei 2006. DIY di guncang gempa salama 57 detik dengan kekuatan 5,9 skala richter. Dampak dari gempa terhadap struktur bangunan dapat dilihat dalam Tabel 1.1. dan diketahui bahwa Total kerusakan rumah penduduk rata dengan tanah 126.932 rumah, rusak berat 183.398 rumah, Rusak ringan 259.816 rumah. (Akhmad Muktaf Haifani, 2008). Dari banyaknya rumah penduduk yang rata dengan tanah timbul masalah lagi, mau di buang kemana sisa-sisa reruntuhan bahan bangunan dan bila, mau dikelola bagaimana proses pengelolaannya. Dampak gempa bumi terhadap bangunan yang terjadi di Yogyakarta 27 Mei 2006 dapat dilihat pada Gambar



Perkerasan kaku (rigid Pavement) yaitu perkerasan yang bahan utamanya pelat beton dan semen Ordinary Portland Cement dan terdapat lapisan pondasi, dan kesemuanya akan mendistribusikan beban terhadap bidang area yang luas sehingga bagian terbesar dari  kapasitas perkerasan diperoleh dari slab tersebut. Pada perkerasan kaku ini sebagian materialnya dari discarded building material yang di subtitusikan ke rigid pavement. Perkerasan kaku ini merupakan perkerasan yang kuat dengan proses transfer bebannya merata di setiap luas areanya, maka di sering katakan sebagai konsruksi perkerasan yang kuat dan awet. Perbedaaan pola distribusi beban pada perkerasan kaku dan lentur dapat dilihat pada Gambar


Material buangan dari bahan bangunan (discarded building material) berupa bongkahan-bongkahan beton sisa perobohan bangunan, sisa hancurnya bangunan karena bencana alam, bongkahan kerusakan perkerasan beton di jalan (Road pavement concrete), silinder hasil test laboratorium yang banyak jumlahnya terbuang sia-sia , dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berdasar dengan material semen dan beton.

Pengolahan sampah sisa dari bangunan dapat dijadikan alternative konservasi sumber daya alam yang menguntungkan. Selain dapat menimbulkan pengaruh yang baik bagi lingkungan, pengolahan sampah bahan bangunan dapat dijadikan bisnis yang menguntungkan karena dapat dilakukan dengan modal yang tidak begitu banyak. Modal investasi yangt dibutuhkan untuk bisnis daur ulang sampah bangunana adalah sebesar 4,40 sampai dengan 8,80 Dolar amerika per ton dari kapasitas tampungan per tahun, sedang utuk biaya pengolahan uang yang dibutuhkan sekitar 2,76 sampai dengan 6,61 dolar amerika per ton sesuai dengan ukuran operasinya. Haraga jual hasil daur ulang sampah bahan bangunan ini bernilai 1 sampai 18 dolar amerika, berbeda-beda tergantung kondisi daerah. (Wilburn dan Goonan,1998).

Ordinary Portland Cement (OPC) Merupakan salah satu dari produk dari Semen tiga roda yang tergolong tipe Semen I, OPC Tipe I merupakan semen kualitas tinggi yang sesuai untuk berbagai penggunaan, seperti konstruksi rumah, gedung tinggi, jembatan, dan jalan. panas hidrasi yang di timbulkan OPC sedang kerena memiliki kandungan C3S rata-rata bereaksi sedang (moderate) dan mencapai kekuatan tinggi.

Kajian mengenai penggunaan material buangan ini sangat penting untuk di kaji mengingat seiring bertambahnya perkembangan zaman akan kebutuhan dan sumber daya alam di dunia semakin sedikit serta menjadikan manfaat barang yang terbuang melalui proses Penggunaan discarded building materials.

IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk bermanfaat dan berprestasi)

Selasa, Juni 22, 2010

Earthquake Disaster management and Mitigation Case Study of Yogyakarta Earthquake May 27th, 2006

Earthquake is a land movement phenomenon caused by seismic wave pass that radiated by elastic energy of the source deep under earth.

Tectonic Earthquake
In the 20th and 21st century..big Tectonic Earthquake was happen until 32 times in the world with all those kind of the impact. (Source: Evi Rine Hartuti,2009)

Analysis:
Analysis of Earthquakes Potential in Indonesia
Management and Mitigation Analysis
Construction Quake resistance Analysis
Earthquake disaster Impact Analysis
Return Period earthquake analysis (by Probability)
External Potential Analysis

Management and Mitigation Analysis
Earthquakes Mitigation and management processes are several actions that should be taken in order to the occurrence of a disaster in the context of disaster risk reduction that integrated with a system of sustainable development. Risks posed by the earthquake of human life including good regional planning and provision of information and communication media which are critical and up to date as a means of disaster response. Earthquake mitigation model includes the concept of Main and First Plan Disaster Mitigation Management must be implemented in order to reduce the impact of earthquake disasters

External Potential Analysis:
Dinas Sosial (social department)
Tentara Nasional Indonesia (indonesian Army and Air Force)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Research and Rescue (SAR)
Rumah Sakit (Hospital/ICU)
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS/Public Medical Center)
Polisi Daerah (Police)
Satuan Pelaksana penanggulangan bencana dan pengungsi (SATLAK PBP)
Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (SATKORLAK PBP)
Hansip/Linmas/Public Security
Palang Merah Indonesia (PMI/Indonesian National red Cross)
Kepala Desa (Distric Officer)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/Non-Govermental Organisation)
Media Massa (mass media)
Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB)

With reference to the base of natural disasters especially earthquakes that can not be known when and where it occurs, therefore in all of these management processes and mitigation needs of the role between academics, community and government in the follow-up earthquake. Thus the necessary coordination and cooperation, supporting institutions each other respective roles.

The Picture Show Children Save to Earthquake

 
The Picture Show  Earthquake Phenomenan

 
The Picture Show  Earthquake Source

 The Picture Show  Earthquake Resistance Building

       The Picture Show Seismograf  from Earthquake Disaster

      The Picture Show Help Location  from Earthquake Disaster

"Rangkuman yang sedikit ini merupakan karya tulis saya daat Lomba mahasiswa Prestasi Fakultas teknik UNS, Alhamdulilah Mendapat Juara 2"
IMAJINATIF REKAYASA
"Tatang Kukuh W."
tatang_kukuh@yahoo.com (seoarang pemuda yg tak akan lelah untuk berprestasi)