Tentang Aku

ketika kita ingin memilih nilai 100 atau 70? maka kebanyakan orang berebut memilih nilai 100. namun kalau di kasih tau susahnya perjuangan mencapai 100, maka orang akan memilih dan puas cukup 70. hanya sedikit yang memilih 100 dengan konsekuensinya perjuangan beserta kesungguhan azzam (tekad) yang sempurna.

Rabu, April 15, 2009

Peta Topografi

Peta Topografi

2.1.1 Pengertian

Peta adalah bayangan rupa bumi yang didatarkan dan diperkecil, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.

Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu :

a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.

b. Peta yang menggambarkan relief / sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.

2.1.2 Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam maupun di luar peta.

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :

1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.

2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling berpotongan.

3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam, kecuali buatan manusia).

4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.

5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.

6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.

7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya tanah.

8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau hulu lembah.

9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.

10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.

Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.

2.2 Tahap Pembuatan Peta

2.2.1 Pengukuran Kerangka Peta

a. Kerangka horisontal

Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah diketahui koordinatnya. Dan poligon tertutup di bagi menjadi 2 yaitu, poligon dengan sudut luar dan poligon dengan sudut luar.

Rumus-rumus yang harus dipenuhi :

1. Syarat sudut

Jumlah sudut dalam poligon : Sbd = (n – 2) x 180o

Jumlah sudut luar poligon : Sb = (n + 2) x 180o

Dimana : n = jumlah titik poligon

Sb = jumlah sudut poligon

2. Syarat sisi

Jumlah proyeksi pada sumbu y = S(d sin a) = 0

Jumlah proyeksi pada sumbu x = S(d cos a) = 0

3. Azimuth awal

Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuth kompas.

4. Menghitung azimuth masing-masing titik

Untuk poligon sudut dalam a(n,n+1) = a(n – 1, n) + 180o - bd

Untuk poligon sudut luar a(n,n+1) = a(n – 1, n) + 180o - b

Dimana : n = nomor titik

a = azimuth

b = sudut luar/dalam poligon


Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan :

1. Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.

2. Menentukan besar penyimpangan (b) kemudian memberikan koreksi pada tiap titik.

3. Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah terkoreksi.

4. Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y yaitu d sin a dan d cos a.

5. Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan koreksi pada tiap-tiap jarak tertentu

b. Kerangka vertikal

Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan waterpassing atau pengukuran beda tinggi yaitu :

1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat

2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah memanjang.

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang adalah tampang yang arahnya melintang. Pengukuran beda tinggi diperlukan untuk menghitung volume galian dan timbunan tanah.

Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan penggambaran peta topografi.

Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Metode Menyipat Datar


Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukurnya

DHAB = BTA – BTB

HB = HA + DHAB

Dimana :

DHAB : beda tinggi antara titik A dan titik B

BT : Bacaan benang tengah

H : Ketinggian/elevasi

2. Metode Barometris

Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukurnya. Metode ini memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah ketinggian diketahui maka beda tinggi yang diperoleh kurang akurat, karena tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik bumi.

Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, yaitu jangan terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang maka hasil peta situasi tidak akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat kurang efisien. Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja tetapi untuk tanah bergelombang diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman dan lebarnya.

Agar pengambilan titik detail lebih mudah, mengenai sasaran, maka titik tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Semua jalan (meliputi : jalan raya, jalan kecil, dll)

b. Saluran-saluran air batas sungai, batas pantai

c. Jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll

d. Lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman

e. Kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll

f. Batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll

Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan, jarak dan beda tinggi dilakukan dengan cara tachimetri atau disesuaikan dengan alat yang digunakan, untuk theodolit digunakan rumus-rumus sebagai berikut


Karena yang dipakai adalah benang atas dan bawah yang terluar maka digunakan rumus sebagai berikut:

Jd (jarak datar) = Jm cos m

= (BA – BB) x 100 x cos2 m

Beda tinggi = DH = ½ (BA – BB) x 100 sin 2m + i– BT

Dimana :

i = tinggi alat

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

BT = bacaan benang tengah

m = sudut miring

z = sudut zenith = 90o - m

DH = beda tinggi antara titik A dan B

Jd = jarak datar

Jm = jarak miring

* Catatan : Bacaan benang yang dipakai adalah bacaan benang terdalam

3. Metode Trigonometri
















Gambar 2.6 Pengukuran dengan menggunakan cara trigonometri

Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolit.

Beda tinggi antara A dan B = Jd tan m

Dimana :

Jd = jarak datar

z = zenith

m = sudut miring

c. Data yang harus diukur

Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu dicari dalam pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit adalah benang atas, benang bawah, benang tengah, azimuth, zenith, tinggi alat dan sket pengukuran, sedangkan data yang perlu diambil untuk kerangka vertikal adalah data dari penggunaan waterpass yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

d. Praktikum yang dilaksanakan

Praktikum dilaksanakan di Gedung II Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kerangka horisontal berupa poligon segi lima tidak beraturan. Pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit Wild T-0 dan theodolit digital, sedangkan untuk kerangka vertikal digunakan alat berupa waterpass. Setiap titik poligon dilakukan dua kali pengukuran, yaitu pengukuran pergi dan pengukuran pulang.

Sabtu, April 11, 2009

Memanajemen kembali sistem transportasi kota Surakarta guna peningkatan kualitas jasa pelayanan tansportasi yang ada


Manajemen sistem transportasi adalah suatu bentuk perencanaan dan kebijakan transportasi perkotaan yang bertujuan untuk mempertinggi efisiensi, optimasi sistem jaringan yang ada.( Ir.Djumari,MT, Pengantar Sistem transportasi, 2008). Manajemen ini meliputi beberapa multi sektor yang saling berketerkaitan satu sama lain yang berpangkal di sebuah sistem yang di sebut sistem transportasi. Orientasi dalam manajemen transportasi ini di bagi menjadi 2 yaitu jangka pendek, jangka menengah dengan beaya yang relatif murah.

Di kota surakarta ini termasuk katagori kota yang padat penduduk dengan berbagai masalah transportasi yang sangat kompleks. Manajemen transportasi di kota surakarta in cenderung belum tersusun secara skematis maka perlu memanajemen kembali tata pertransportasian kota. Langkah ini diambil dimana kita bisa mereview ulang atau pengkajian ulang kebijakan pemerintah kota yang kurang memperhatikan masalah transportasi surakarta sacara menyeluruh. Disini kita mengkaji sejauh mana perlunya memanajemen transportasi untuk suatu kota khusus nya surakarta. Aspek utama dalam hal ini adalah optimalnya jaringan fasilitas transport yang ada.

Menurut pakar transportasi kota surakarta Ir.Djumari,MT Optimasi ini bertujuaan untuk :

1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas jasa transportasi yang sudah ada

2. Mempertinggi efisiensi transportasi yang sudah ada

3. Menekan beaya peningkatan kwalitas dan efisiensi sistem transportasi yang sudah ada.

4. Meminimkan dampak lingkungan dari adanya jasa transportasi dan fasilitas trasportasi yang sudah ada.

5. Informasi dampak sosial dan ekonomi yang positif dan mengurangi dampak negatif dari fasilitas transportasi yang sudah ada

Dari uraian diatas maka sangat penting untuk menata ulang manajemen sistem transportasi. di sisi lain aspek-aspek yang terlibat antara lain

Pertama aspek peningkatan kwalitas jasa pelayanan. contoh: memperpendek jarak tempuh pergerakan, mengurangi biaya tempuh pergerakan,mempertinggi keselamatan pergerakan, mempertinggi keamanan&kenyamanan, memperbaiki kemudahan fasilitas transportasi yang sudah ada,memperbaiki kehandalan transportasi yang sudah ada.

Kedua aspek mempertinggi efisiensi. Contoh : mengurangi pemakaian kendaran/mobil pribadi, pemakaian kendaraan umum ditingkatkan, pemakaian sepeda angin dan pejalan kaki, mempertinggi kapasitas transportasi yang sudah ada.

Ketiga aspek biaya dan efisiensi sistem. Contoh : meminimkan biaya investasi/kapital, menekan biaya operasi.

Keempat aspek dampak lingkungan. Contoh : mengurangi kebisingan, mengurangi polusi udara, mengurangi penggunaan energi.

Kelima aspek informasi dampak sosial yang positif. Contoh : pelayannan transportasi khusus pada segolongan masyarakat yang kurang beruntung( misal cacat), distribusi pelayanan dan beaya transportasi yang lebih merata dan adil,mengurangi penggusuran.

MEngubah air intrusi menjadi air tawar


PEMURNIAN AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR

Dampak yang paling kita rasakan terjadinya pemanasan global adalah musim kemarau relatif lebih panjang sedangkan musim penghujan relatif lebih pendek. Ini adalah salah satu ciri pemanasan global.

Oleh karena musim kemarau relatif lebih panjang, sehingga imbuhan air hujan yang nantinya menjadi air tanah tentunya menjadi sangat berkurang, sementara penggunaan air tanah cenderung meningkat. Kondisi inilah awal mula terjadinya intrusi air asin tersebut.

Masalah intrusi air laut ini telah banyak merugikan masyarakat Indonesia. Seperti yang dialami warga Dusun Bunut Tengah, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih yang layak konsumsi. Kondisi tersebut terjadi akibat intrusi air laut sejauh dua kilometer, menyusul gundulnya hutan bakau seluas 125 hektar dengan ketebalan tiga hektar di wilayah Sragi.

Ibu Kinok (70), warga Dusun Bunut Tengah, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, Minggu (13/4), mengatakan, dirinya sudah tinggal di desa tersebut sejak tahun 1979. Namun, saat itu air di sumur miliknya belum terasa asin.

Air sumur mulai terasa asin sejak delapan tahun yang lalu, tepatnya ketika warga desa mulai membabat dan membuka hutan bakau di sekitar pesisir Sragi untuk dijadikan lahan tambak. Saat itu sumur dengan air asin hanya terjadi di sumur yang terletak di pinggir pantai, paparnya. (www.Kompas.com)

Selain yang dialami warga Lampung Selatan, daerah-daerah di pesisir laut Indonesia juga mengalami hal yang serupa, seperti daerah Pantai Sanur dan Cilegon. Bahkan menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) intrusi air laut telah melampaui kawasan Jakarta dan telah menjangkau sampai wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat. (www.SinarHarapan.com).

Namun, menurut Smith, peneliti asal Jerman mengatakan bahwa air asin yang berada di sumur-sumur penduduk di Jakarta bukanlah hasil dari intrusi, tetapi akibat adanya air fosil. Menurutnya tidak semua air yang rasanya asin menunjukkan terjadinya intrusi. Bisa jadi itu hanya air yang terjebak dalam batuan (water connate /air fosil). Air ini terjebak di dalam batuan puluhan tahun lamanya, sehingga airnya menjadi asin.

Proses Terjadinya Intrusi Air Asin

Pada daerah yang berdekatan dengan pantai atau dekat dengan laut, maka terjadi pertemuan antara air laut dengan air tawar yang kita kenal dengan sebutan interface. Interface ini bisa menjorok ke arah laut dan juga bisa juga menjorok ke arah darat tergantung besar kecilnya imbuhan air hujan. Apabila imbuhan air hujan lebih sangat besar, maka interface akan menjorok ke arah laut, sedangkan imbuhan air hujan sedikit atau tidak ada sama sekali, maka interface akan menjorok ke arah darat. Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luar aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan interface. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan interface bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong interface ke arah laut. Laju gerakan interface dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer Intrusi Air Asinpada kedua sisi interface.

Akibat penggunaan air tanah yang berlebihan sementara imbuhan air hujan terbatas menyebabkan interface menjadi naik ke atas. Keadaan ini kita kenal dengan sebutan up conning (lihat gambar di atas). Sehingga air yang dikonsumsi menjadi asin akibat pengaruh air laut. (www.theenviromentalist.com)

Pengolahan Air Intrusi (Air Payau) Menjadi Air Tawar

Disadari atau tidak, krisis air di Indonesia kian mengkhawatirkan. Sebuah ironi, negara yang dikaruniai berlimpah-ruahnya air justru malah memiliki kualitas air yang kian terpuruk. Dalam kondisi semacam ini, teknologi pengolahan air bisa menjadi salah satu solusi pemecahan masalah. Salah satu teknologi pengolahan air yang sedang dikembangkan adalah pengolahan air laut menjadi air tawar. Hal ini ditempuh karena Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai laut yang luas dan teknologi ini lebih murah daripada pengolahan air sungai.

Cara Pemurnian Air Laut

Pada dasarnya prinsip pemurnian air laut adalah memisahkan garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar, proses ini kita kenal dengan sebutan desalinasi. Ada banyak cara untuk mengolah air asin menjadi air tawar,antara lain:

a. pPenyulingan

Reverse Osmosis
Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut adalah meniru cara alam, yaitu dengan menguapkan air laut kemudian mengembunkan uapnya kembali. Ketika air laut dipanaskan, hanya air yang menguap, garam-garam yang terlarut tetap tinggal dalam larutan (air laut). Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah perebus air laut dilengkapi dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas permukaan air yang dipanaskan. Dengan perluasan dapat diperoleh banyak uap dalam waktu relatif singkat.

b. Oosmosis Balik (Revefse Osmosis)


Osmosis balik atau reverse osmosis (RO), dilaksanakan dengan memberikan tekanan terhadap air laut, sehingga memaksa dari molekul-molekul air murni menembus suatu membran semipermeabel, sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan organik, bakteri akan ditolak (rejeksi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diatas. Osmosis balik ini dioperasikan secara kontinyu. Kemurnian air yang dicapai hingga 99% dan tingkat produksi yang tinggi.
RO merupakan cara paling murah untuk menawarkan pemurnian air laut. Keuntungan metode ini adalah kemurnian air yang dihasilkan bagus, menghemar tempat,dan menghemat energi.

c. Eevaporator

Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut. Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut.
Evaporator untuk mengolah air laut dirancangan untuk mengumpulkan uap yang terjadi di dalam proses penguapan. Dengan cara:

Penguapan dengan multi guna : Air laut akan direbuskan untuk penguapan. Uap itu akan terkumpul maka menjadi air tawar. Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala besar.

Cara tekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik: Cara untuk mengurangi dan menghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala menengah dan kecil.

Dari uraian penulis diatas, sebaiknya hal ini dapat dijadikan pertimbangan pemerintah dalam pemecahan mengenai masalah intrusi air laut. Pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi terhadap masyarakat tentang cara pemurnian air payau menjadi air tawar.