Laman

Rabu, Desember 09, 2009

Find Your Inner Einstein

Find Your inner Einstein
Oleh: Tatang Kukuh Wibawa
CP : Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dan HMS FT Universitas Sebelas Maret.(085640545586)
Email : Tatang_kukuh@yahoo.com,/ Tatangw.blogspot.com
Find Your Inner Einstein
The next time you see a picture of Albert Einstein realize that that’s actually you. See albert Einstein and say “ There I am”
Every Human Has The Capasity for some form of genious. You don’t have to be good with math or physics to experience genius level in your thinking. To experience Einsteins creative level of thinking, all you have to do is habitually Use your imagination
This is difficult recommendation for adults to follow, Though, because adult have become accustomed to using their imaginations for only one thing: Worrying. Adult visualize worst-case scenarios all day long. All their energy for visualization is channeled into colorful picture of what they dread.
What They don’t comprehend is that worry is a misuse of the imagination. The Human Imagination was designed for better things. People who use their imagination to create with often achieve things that worries possessmuch higher IQs. People who habitually accces their imaginations are often hailed by their collagues as “ Geniuses” – as if “genious” was a genetic characteristic. They would be better understood as people who are practiced at accesing their genius.
Recognition of the power of this genius in all of us promoted napoleon to say “ Imagination rules the world”
As a child, you instinctively use your imagination as it was instinded. You daydreamed and made stuff up. You ware a daydreamed believer by day and in your right brain at night you sailed down a river of dreams.
Semoga bermanfaat...(Salam Akademik HMS FT UNS prestasi ) tatang_kukuh@yahoo.com, Tatangw.blogspot.com

Rabu, November 18, 2009

Pentingnya Sebuah Estimasi dan Resiko Estimasi dalam Proyek Konstruks


Pentingnya Sebuah Estimasi dan Resiko Estimasi dalam Proyek Konstruksi
Oleh: Tatang Kukuh Wibawa
CP : Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dan HMS FT Universitas Sebelas Maret.
Email : Tatang_kukuh@yahoo.com,/ Tatangw.blogspot.com

Pentingnya Sebuah Estimasi dan Resiko Estimasi dalam Proyek Konstruksi
            Dalam sebuah proyek sangat perlu peran seseorang yang memberi estimasi atau sering di sebut Estimator. Kegiatan estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan jadwal pelaksanaan konstruksi serta merupakan ”peramalan kejadian” pada proses pelaksanaan dan memberi nilai pada masing2 kejadian tersebut.
            Estimasi sendiri dilakukan dengan lebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Umumnya berdasarkan gambar rencana maka dapat diketahui kebutuhan material, baik jenis maupun kuantitas yang nantinya akan digunakan. Perhitungan kebutuhan jenis dan kualitas material harus dilakukan secara teliti dan setiap dari bahan2 tersebut ditentukan harganya, sedangkan spesifikasi dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kualitas setiap jenis material.

ESTIMATOR
            Yaitu Seseorang yang berprofesi khusus dalam pembuatan anggaran biaya proyek. Dalam kaitannya dengan kegiatan estimasi, seorang estimator harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat karena faktor tersebut dapat mempengaruhi biaya konstruksi.
            Kualitas estimator ditentukan oleh kemampuanya, dimana estimator mampu:
1.      Membaca dan menpresentasikan gambar dan spesifikasi,
2.       Mempu menvisualisasi bentuk dari tiga dimensi proyek dari gambar desain,
3.       Mengerti hal2 yang berkenaan dengan produktifitas tenaga kerja dan kinerja peralatan dan mampu mencari alternative metode konstruksi,
4.       Mempunyai komunikasi yang baik, sabar dan teliti mengerjakan,
5.      Mengetahui pengetahuan metematika dasar,
6.       Mampu mengetahui tentang operasi dan prosedur lapangan,
7.      Mempu mengidentifikasikan den menetralisir resiko atau dampak yang timbul
8.      Dapat berorganisasi dengan baik, mampu menyampaikan estimasi secara logis dan jelas,
9.       Mampu membuat dan menentukan jadwal konstruksi,
10.   Mengerti dan mampu menggunakan sistem biaya pekerjaan perusahaan,
11.   Memahami hubungan kontraktual, mampu mengembangkan srategi sukses dalam fase pelelangan dan negosiasi proyek,
12.  Mampu mengatasi batas waktu,
13.  Mempunyai standar kode etik tinggi,

Jenis-Jenis Estimasi:
1.      Estimasi Kelayakan
2.      Estimasi konseptual
3.      Estimasi Detail
4.      Estimasi Sub kontraktor
5.      Estimasi pekerjaan tambah kurang
6.      Estimasi kemajuan


Resiko dalam Estimasi
Estimator harus dapat mengindentifikasi sesuatu yang banyak yang dapat mengandung resiko atau ketidakpastian dalam estimasinya sendiri. Dan sebagian contoh dalm sebuah identifikasi resiko dalam sebuah proyek antara lain :
1.      Mempelajari dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk dokumen yang direfensikan dalam dokumen kontrak.
2.      Melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum melakukan penawaran.
3.      Membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran
4.      Menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek
5.      Memilih subkontraktor dan supplier yang tepat
6.      Mengidentifikasi rekasi terhadap masyarakat terhadap suatu proyek
7.      Mendapatkan kepastian bahwa sumber daya yang tersedia dalam pembangunan proyek
8.      Membuat strategi untuk mendapatkan proyek tersebut
9.      Mengidentifikasi dan memahami klausa2 dalam spesifikasi yang dapat menjadikan resiko oleh kontraktor
10.  Mengidentifikasi dan memahami klausa2 dalam spesifikasi yang dapat menjadikan resiko tambahan atau khusus pada kondisi tertentu oleh kontraktor yang memang kadang tak terduga dan masuk dalam biaya tambahan
11.  Mengidentifikasi persyaratan2 pemerintah
12.  Mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungan dengan proyek dan mengkaji ulang pola musim dareah tersebut.
13.  Mengidentifikasi lokasi pembuangan dan penyelidikan tanah di lokasi poyek
14.  Mengidentifikasi metode konstruksi
15.  Analisis terhadap pekerjaan sub kontraktor untuk memastikan seluruh pekerjaan telah tercakup didalamnya.

Semoga bermanfaat...(Salam Ilmiah) tatang_kukuh@yahoo.com, Tatangw.blogspot.com


Rabu, April 15, 2009

Peta Topografi

Peta Topografi

2.1.1 Pengertian

Peta adalah bayangan rupa bumi yang didatarkan dan diperkecil, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.

Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu :

a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.

b. Peta yang menggambarkan relief / sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.

2.1.2 Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam maupun di luar peta.

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :

1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.

2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling berpotongan.

3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam, kecuali buatan manusia).

4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.

5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.

6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.

7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya tanah.

8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau hulu lembah.

9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.

10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.

Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.

2.2 Tahap Pembuatan Peta

2.2.1 Pengukuran Kerangka Peta

a. Kerangka horisontal

Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah diketahui koordinatnya. Dan poligon tertutup di bagi menjadi 2 yaitu, poligon dengan sudut luar dan poligon dengan sudut luar.

Rumus-rumus yang harus dipenuhi :

1. Syarat sudut

Jumlah sudut dalam poligon : Sbd = (n – 2) x 180o

Jumlah sudut luar poligon : Sb = (n + 2) x 180o

Dimana : n = jumlah titik poligon

Sb = jumlah sudut poligon

2. Syarat sisi

Jumlah proyeksi pada sumbu y = S(d sin a) = 0

Jumlah proyeksi pada sumbu x = S(d cos a) = 0

3. Azimuth awal

Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuth kompas.

4. Menghitung azimuth masing-masing titik

Untuk poligon sudut dalam a(n,n+1) = a(n – 1, n) + 180o - bd

Untuk poligon sudut luar a(n,n+1) = a(n – 1, n) + 180o - b

Dimana : n = nomor titik

a = azimuth

b = sudut luar/dalam poligon


Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan :

1. Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.

2. Menentukan besar penyimpangan (b) kemudian memberikan koreksi pada tiap titik.

3. Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah terkoreksi.

4. Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y yaitu d sin a dan d cos a.

5. Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan koreksi pada tiap-tiap jarak tertentu

b. Kerangka vertikal

Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan waterpassing atau pengukuran beda tinggi yaitu :

1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat

2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah memanjang.

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang adalah tampang yang arahnya melintang. Pengukuran beda tinggi diperlukan untuk menghitung volume galian dan timbunan tanah.

Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan penggambaran peta topografi.

Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Metode Menyipat Datar


Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukurnya

DHAB = BTA – BTB

HB = HA + DHAB

Dimana :

DHAB : beda tinggi antara titik A dan titik B

BT : Bacaan benang tengah

H : Ketinggian/elevasi

2. Metode Barometris

Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukurnya. Metode ini memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah ketinggian diketahui maka beda tinggi yang diperoleh kurang akurat, karena tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik bumi.

Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, yaitu jangan terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang maka hasil peta situasi tidak akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat kurang efisien. Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja tetapi untuk tanah bergelombang diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman dan lebarnya.

Agar pengambilan titik detail lebih mudah, mengenai sasaran, maka titik tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Semua jalan (meliputi : jalan raya, jalan kecil, dll)

b. Saluran-saluran air batas sungai, batas pantai

c. Jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll

d. Lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman

e. Kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll

f. Batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll

Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan, jarak dan beda tinggi dilakukan dengan cara tachimetri atau disesuaikan dengan alat yang digunakan, untuk theodolit digunakan rumus-rumus sebagai berikut


Karena yang dipakai adalah benang atas dan bawah yang terluar maka digunakan rumus sebagai berikut:

Jd (jarak datar) = Jm cos m

= (BA – BB) x 100 x cos2 m

Beda tinggi = DH = ½ (BA – BB) x 100 sin 2m + i– BT

Dimana :

i = tinggi alat

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

BT = bacaan benang tengah

m = sudut miring

z = sudut zenith = 90o - m

DH = beda tinggi antara titik A dan B

Jd = jarak datar

Jm = jarak miring

* Catatan : Bacaan benang yang dipakai adalah bacaan benang terdalam

3. Metode Trigonometri
















Gambar 2.6 Pengukuran dengan menggunakan cara trigonometri

Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolit.

Beda tinggi antara A dan B = Jd tan m

Dimana :

Jd = jarak datar

z = zenith

m = sudut miring

c. Data yang harus diukur

Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu dicari dalam pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit adalah benang atas, benang bawah, benang tengah, azimuth, zenith, tinggi alat dan sket pengukuran, sedangkan data yang perlu diambil untuk kerangka vertikal adalah data dari penggunaan waterpass yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

d. Praktikum yang dilaksanakan

Praktikum dilaksanakan di Gedung II Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kerangka horisontal berupa poligon segi lima tidak beraturan. Pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit Wild T-0 dan theodolit digital, sedangkan untuk kerangka vertikal digunakan alat berupa waterpass. Setiap titik poligon dilakukan dua kali pengukuran, yaitu pengukuran pergi dan pengukuran pulang.